Kamis, 06 April 2017

BESI YANG BENGKOK TAK MUNGKIN LURUS KEMBALI. SEKALIPUN BISA DILURUSKAN TAK MUNGKIN LURUS SEPERTI SEDIAKALA


Membangun relasi yang baik hingga tumbuhnya rasa saling percaya, tentu saja tidak semudah yang kita bayangkan. Butuh pengorbanan untuk sampai ke tingkat itu, hingga garis tipis yang memungkinkan untuk saling curiga, sungguh sudah tidak ada lagi. Bahkan seseorang berkorban lebih dari hal yang biasa, hanya untuk mendapatkan sebuah kepercayaan.


Relasi yang dibangun atas dasar saling percaya, akan mempercepat berbagai urusan, paling tidak setiap urusan akan berjalan lebih mudah. Sama halnya dengan jalan lepas hambatan, lurus dan mulus, maka kendaraan lalu-lalang dengan lancar diatasnya. Hal itu tidak akan pernah terjadi, jika relasi dari satu pihak dengan pihak yang lain tidak berdasarkan saling percaya.


Kepercayaan itu bagai kawat besi, jika bengkok tak mungkin bisa lurus lagi. Jikapun lurus, tak mungkinlah lurus seperti sediakala. Kepercayaan juga bisa diibaratkan seperti bangunan. Janganlah bangunan sampai rubuh. Sekalipun bangunan yang sama bisa didirikan lagi, namun bangunan lama sudah tak mungkin kembali seperti semula.

Demikian juga dengan nilai sebuah kepercayaan. Janganlah sebuah kepercayaan sampai ternoda. Jika sebuah keperceyaan sampai ternoda, sekalipun bisa dimaafkan namun nilai sebuah kepercayaan tak mungkin kembali seperti sediakala. Demikian juga dengan relasi, mungkin akan tetap terjalin namun nilai kepercayaan yang sudah terbangun dengan baik tidak akan kembali seutuh seperti dulu.


Baiklah setiap orang berusaha membangun relasi berdasarkan sebuah kepercayaan, dan merawat relasi itu dengan baik. Karena setiap orang akan menemukan hal-hal baik dari sebuah hubungan yang baik. Dan tentu saja akan menguntungkan siapapun, saat relasi saling percaya terjalin dan berlangsung dengan baik pula.


SALAM GEMILANG

Rabu, 05 April 2017

AIR AKAN BERHENTI MENGALIR, SAAT IA MENEMUKAN TITIK YANG PALING RENDAH

Artinya, jika tiba saatnya, kelak semua orang akan berhenti pada titik terendahnya. Titik terendah dalam hal ini adalah saat dimana mereka sudah tak mampu lagi berbuat apa-apa. Ketidak mampuan dimaksud antara lain, tak mampu menggunakan indra penglihatan, tak mampu menggunakan mulut untuk berkomunikasi, bahkan tak mampu menggerakkan seluruh anggota tubuh. Yang ada hanyalah air mata.

Sobat yang gemilang,

Perlu diingat, air akan berhenti mengalir, saat ia tiba pada titik yang terendah. Hidup perlu dinikmati, tetapi tidak dengan cara berlebihan. Menikmati hidup, bisa dilakukan dengan mengesampingkan cara-cara angkuh. Cara yang cenderung menyombongkan diri. Menikmati hidup, lakukanlah dengan cara-cara yang menggembirakan banyak orang. Karena menggembirakan banyak orang, akan menggembirakan kita, saat titik terendah itu tiba.

Hendaklah yang punya mata melihat, yang punya telinga hendaklah mendengar.

Salam sehat, 

SALAM GEMILANG