Yang pasti, tak seorangpun pernah bercita-cita untuk pergi merantau jika di negeri sendiri bisa hidup lebih layak. Kenyataan itu terjadi tidak lain karena keinginan untuk memperbaiki taraf hidup, agar kelak menjadi lebih baik.
Tetapi para perantau lebih sering mendapat perlakuan tidak adil, baik ditempat dimana mereka merantau, maupun ketika mereka kembali ke kampung halamannya sendiri. Tidak diketahui apa yang mendorong sehingga para perantau selalu diperlakukan seperti itu, seolah peristiwa semacam itu dianggap sebagai peristiwa alam, yang harus diterima oleh siapapun yang telah memutuskan untuk hidup menjadi seorang perantau.
Setiap orang tentu akan berusaha untuk selalu menjaga budaya leluhurnya, walaupun mereka harus tinggal di negeri orang. Tetapi, tidak semua negeri mau bertoleransi dengan budaya yang datang dari luar daerah, dan tak jarang kemudian memicu penduduk asli untuk berlaku intoleran terhadap para perantau. Oleh karena itu, para perantau hendaklah berusaha untuk memahami situasi, dan berusaha untuk menselaraskan budaya asal dengan budaya setempat.
Agar budaya leluhurnya dapat diterima ditempat dimana para perantau berada, dengan berat hati kemudian para perantau merevisi, bahkan menghilangkan bagian dari budaya itu, sehingga budaya para perantau sudah tidak serupa dengan aslinya. Semua itu dilakukan, bagaimana agar perantau dapat diterima ditempat, sekaligus menjaga identitas dan budaya mereka di negeri orang.
Budaya perantau yang sudah tidak lagi serupa dengan aslinya, ternyata juga tidak dapat diterima begitu saja oleh mereka yang masih tinggal menetap di kampung halaman. Seringkali para perantau, menerima perlakuan tidak adil dari mereka yang masih tinggal menetap di kampung halaman, dengan menjatuhkan tuduhan sebagai komunitas insan perusak tatanan adat istiadat, yang mempertontonkan budaya sebagai identitas bangsa, dalam bentuk dan rupa yang tak sama dengan aslinya.
SALAM GEMILANG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar